Tim Mahasiswa UGM Gagas “Ngarit Jembar Nalar”: Petakan Potensi Ekonomi Pertanian di Jawa Selatan Lewat Kearifan Lokal

BerandaJogja.com (10/10/25) – Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan riset sosial bertajuk “Ngarit Jembar Nalar: Pemetaan Potensi Ekonomi Pertanian di Jawa Bagian Selatan dengan Pendekatan Sosio-Historis Berbasis Kearifan Lokal untuk Pembangunan Berkelanjutan.”

Riset ini merupakan bagian dari Program Kreativitas Mahasiswa Riset Sosial Humaniora (PKM-RSH) yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemdiktisaintek sebagai wadah riset sosial inovatif berbasis mahasiswa. Riset ini bertujuan untuk memetakan potensi ekonomi pertanian di wilayah pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta dengan menelaah kondisi sosial, ekonomi, dan kelembagaan masyarakat lokal. Melalui pendekatan sosio-historis, tim berupaya menemukan strategi pembangunan berbasis kearifan lokal yang lebih partisipatif dan berkelanjutan bagi kawasan agraris selatan Jawa.

Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengembangkan riset sosial bertajuk “Ngarit Jembar Nalar
Tim mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) saat mengembangkan riset sosial bertajuk “Ngarit Jembar Nalar

Tim ini diketuai oleh Rendy Dwi Nugraha (Teknik Pertanian, UGM) dengan anggota Aril Kurniawan (Hukum), Muhammad Farid Usman (Akuntansi), dan Danang Wijaya Priyadi (Akuntansi Sektor Publik). Riset dilaksanakan di bawah bimbingan Muhamad Khoiru Zaki, S.P., M.P., Ph.D., IPM.

Menggali Filosofi Ngarit Jembar Nalar

Melalui riset ini, tim berupaya menghadirkan pendekatan baru dalam pembangunan wilayah agraris dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Jawa bagian selatan. Filosofi ngarit jembar nalar diangkat sebagai kerangka berpikir, ngarit merepresentasikan ketekunan dalam mencari dan memanfaatkan potensi lingkungan, sementara jembar nalar mencerminkan keluasan berpikir dan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sosial-ekologis.

“Konsep ini kami angkat dari praktik hidup masyarakat petani selatan Jawa yang selama ini bertahan melalui kerja kolektif, gotong royong, dan inovasi lokal. Kami ingin menunjukkan bahwa kearifan lokal bukan hal kuno, tapi justru bisa menjadi fondasi pembangunan berkelanjutan,” ujar Rendy Dwi Nugraha, ketua tim riset.

Fokus pada Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul

Penelitian dilakukan di tiga kabupaten pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta, Bantul, Kulon Progo, dan Gunungkidul, yang merepresentasikan keanekaragaman ekosistem pertanian di kawasan karst dan pesisir.

Tim ini memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif melalui survei terhadap ratusan responden, analisis data spasial menggunakan GIS, serta wawancara mendalam dengan petani, pelaku usaha, dan tokoh lokal.

“Selama ini pembangunan pertanian sering terjebak pada angka-angka makro, padahal masyarakat punya pengetahuan sosial dan ekologis yang kaya. Melalui riset ini, kami ingin menampilkan potensi ekonomi pertanian dari perspektif masyarakat sendiri,” jelas Muhammad Farid Usman, anggota tim.

Pemetaan Potensi dan Model Strategi Lokal

Hasil riset diharapkan menghasilkan peta potensi ekonomi pertanian tingkat kalurahan yang dilengkapi analisis sosial, kelembagaan, dan sejarah lokal. Dari sana, tim akan merumuskan model pembangunan ekonomi berbasis kearifan lokal, yang dapat menjadi referensi bagi pemerintah daerah dalam merancang kebijakan partisipatif dan berkelanjutan.

Selama pelaksanaan riset, tim PKM-RSH UGM turun langsung ke lapangan, berinteraksi dengan masyarakat, dan mendokumentasikan praktik pertanian tradisional. Mereka menemukan banyak inovasi lokal yang lahir dari kebutuhan masyarakat untuk beradaptasi dengan kondisi geografis karst, seperti sistem irigasi tanah, pertanian lahan pasir, dan pengelolaan tumpangsari.

Riset ini juga diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk melihat sektor pertanian bukan sebagai sektor “tertua”, melainkan sebagai ruang inovasi dan refleksi sosial. “Kami ingin menumbuhkan kembali optimisme bahwa menjadi petani adalah bagian dari berpikir besar. Ngarit jembar nalar bukan sekadar konsep, tapi ajakan untuk melihat pertanian dengan cara pandang yang lebih luas,” tutup Rendy.

Riset ini diharapkan tidak hanya memperkaya kajian akademik, tetapi juga memberi kontribusi nyata bagi pemerintah daerah dan masyarakat lokal dalam memperkuat ketahanan ekonomi pertanian berbasis nilai-nilai lokal.

Tentang Program

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan ajang nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan (Belmawa), Kemdiktisaintek, untuk mendorong mahasiswa menghasilkan inovasi riset, teknologi, dan sosial yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *